“Kapan ya Indonesia bisa masuk Piala Dunia.”
Kalimat itu kembali saya ingat saat ini, kalimat salah satu iklan yang sering muncul di tv sekitar tahun 2002 digaungkan oleh presenter acara sepak bola lawas Dik Doank. Meskipun beliau sudah lama gantung sepatu dari memandu acara sepak bola saat ini, saya yakin dalam hatinya ada keriuhan kumandang doa untuk prestasi sepak bola Indonesia.
Saat itu rasanya sangat jauh untuk bermimpi sampai Piala Dunia, melihat prestasi timnas sepak bola kita yang bersaing di Piala AFF saja susah payah.
Namun, melihat perkembangan timnas saat ini, kapan Indonesia bisa masuk Piala Dunia?
Ya, kini mulai tercium aroma tipis-tipis Piala Dunia 2026. Terlihat ada sepaket harapan lengkap dengan bumbu kecemasan. Tinggal beberapa langkah lagi. Ada peluang. Tugas fans adalah berdoa dan tetap yakin timnas bisa sapu bersih dan lap sampai kering saat lawan Australia, Bahrain, dan China esok.
Ada optimisme yang jauh lebih tinggi dari saat Dik Doank masih aktif menjadi presenter sepak bola. Soal menjaga optimisme dan setia mendukung ini hendaknya para rakyat Indonesia, khususnya para pecinta sepak bola tanah air perlu belajar dengan tuntas dengan fans Manchester United (MU).
Era selepas Sir Alex pensiun, MU seperti setan yang sudah insaf, tidak menakutkan lawannya. Meskipun begitu masih banyak fans setia yang tetap menjaga asa bahwa nanti tim setan merah akan kembali naik kadar horornya diberbagai kompetisi.
Agus Magelangan salah satu sosok fans MU yang bisa jadi suri tauladan perihal kesetiaan dan optimisme. Tidak hanya itu, beliau juga ahli merubah sudut pandang saat menghadapi kondisi kekalahan tim favoritnya dengan respon yang lebih bijak dan jenaka.
Skill ber-value tinggi yang jarang dimiliki fans sepakbola Indonesia. Yang masih enteng menulis hujatan bahkan kepada pemain tim yang dibela. Sangat disayangkan jika kemajuan penampilan pemain timnas kita tidak diiringi kemajuan karakter pendukungnya.
Sepakbola adalah olahraga selera rakyat tanah air. Sepakbola juga menjadi bahasa persatuan di negeri ini. Terlihat jelas saat timnas kita berlaga di kandang sendiri, ritual menyanyikan lagu Tanah Airku usai laga berhasil menyedot perhatian dunia. Seluruh elemen sepakbola dari pemain, tim pelatih, dan suporter menyatu dalam lantunan lagu Tanah Airku.
Moment yang bikin merinding dan emosional. Minimal lewat penampilan apik dan kompak saat menyanyikan lagu Tanah Airku selepas laga kandang, nama timnas kita sudah mulai membuat risau negara lain.
Sosok Bapak Erick Tohir sebagai Ketua PSSI saat ini memang berpengaruh luar biasa. Meskipun ada secuil suara tidak sedap terkait program mendatangkan pemain keturunan, tetapi ada kemajuan terkait penampilan timnas kita.
Kita juga jangan abai dengan peran BRI. BRI mengambil jalan ninja untuk mendukung sepak bola indonesia. Bank Rakyat Indonesia sudah empat tahun menjadi sponsor utama liga 1 Indonesia.
BRI Untuk Sepak Bola Indonesia
Apa yang dilakukan BRI sudah layak diceritakan oleh motivator bisnis yang gemar berikan kalimat semangat untuk para peserta pemula. Bahwa hal berat adalah saat pertama memulai, dan selanjutnya adalah konsistensi.
BRI dengan brilian memulai menjadi sponsor utama Liga 1 justru saat pandemi. Saat yang berat. Saat pihak lain berseru lantang lebih baik diam rebahan di rumah. BRI justru bergerak ambil langkah nyata agar Liga Indonesia berjalan. Pastinya dengan adanya ulah BRI ini menjadikan orang yang banyak beraktivitas di rumah menjadi memiliki tontonan positif yang mengingatkan semangat olah raga dari pada hanya nonton drama korea yang berefek banyak meneteskan air mata.
Dampak lain yang menurut saya baik berkat BRI menjadi sponsor Liga 1 Indonesia adalah melahirkan pemain lokal dengan semangat juang tinggi layaknya semangat BRI yang senantiasa melayani dengan sepenuh hati. Rizky Ridho. Salah satu pemain lokal yang bisa bermain cemerlang menggunakan lambang Garuda di dada.
Dia bisa menjadi panutan para pemain lokal lain. Bermain di liga lokal tetapi bisa konsisten dipanggil membela timnas Indonesia.
Saya tidak akan menuliskan dampak ekonomi rakyat dan UMKM yang pastinya ikut merasakan dampak positif ini. Lagian juga sudah banyak. Tetapi saya hanya ingin mengatakan bahwa BRI berhasil dengan brilian bikin emosi.
Saya suka sepak bola pertama kali gara-gara acara Lega Calcio. Acara sepak bola berisi informasi dan cuplikan pertandingan Liga Italia tahun 200an. Wulan Guritno presenternya. Pesona Wulan Guritno membuat saya terus berjuang agar tidak absen nonton. Dan saya justru makin suka sepak bola. Sejak Pandemi gabutnya kegiatan di dalam rumah menggerakkan saya untuk mengalokasikan waktu dan uang untuk bermain fun football. Aktivitas selain nonton BRI Liga 1.
Ya, kegiatan positif sejak pandemi, ikut serta komunitas fun football, di mana kita bermain dengan iuran untuk sewa lapangan estetik dengan membayar jasa fotografer. Skill bukan yang utama, tetapi gaya yang terekam kamera adalah yang pertama. Kami para pecinta sepak bola tidak hanya olah raga, tetapi bisa bercanda, tertawa, menambah saudara, dan cosplay layaknya pemain Liga.
Terkadang urusan yang awalnya hanya ada di lapangan bisa melebar baik menjadi relasi kerja atau hanya sekedar nonton bareng mengawal timnas Garuda. Sembari berdoa timnas makin kuat untuk ajang Piala Dunia. BRI bikin emosi yang menggerakkan secara tidak langsung pecinta sepak bola Indonesia untuk bersatu. Rakyat Indonesia dari perkara sepak bola bisa bersatu dengan setulus hati. Dimulai dari mendukung timnas dan bersatu menyanyikan lagu Indonesia Raya hingga Tanah Airku.